PAUD DAHULU
Vs
PAUD MASA
KINI
Paud (Pendidikan Anak Usia Dini) sama
dengan PAPS (Pendidikan Anak Pra Sekolah). tokoh yang pertama sekali
memperkenalkan pendidikan seperti ini adalah Friedrick Froebel (1837) yang membuka sekolah
Taman Kanak-kanak pertama di Jerman. Beliau disebut juga Ayah pendidikan anak
usia bayi. Menurutnya, Pendidikan taman kanak-kanak perlu mengikuti sifat anak
serta bermain merupakan suatu metode dari pendidikan dan cara dari anak untuk
meniru kehidupan orang dewasa dengan wajar.
Ada tokoh dari Indonesia yang
memberikan kontribusi mengenai pendidikan anak ini yaitu Ki Hajar Dewantara. Pandangan Ki Hajar Dewantara mengenai pendidikan anak
ini lebih menekankan kepada penanaman nilai, martabat kemanusiaan, nilai moral
watak, dan pada akhirnya pembentukan manusia yang berkepribadian. Ciri dari
khas pendidikan anak usia dini disebut Sistem among yang mempunyai inti : Ing ngarso sing tulodo, Ing
madya mangun karso dan Tut wuri handayani.
Pada hakekatnya, PAUD merupakan upaya untuk
memberikan stimulus, pengasuhan yang benar, dan pemberian kegiatan pembelajaran
yang melatih dan menghasilkan kemampuan dan keterampilan pada anak. Dimana, pendidikan yang diberikan menitik
beratkan kepada dasar pertumbuhan dan perkembangan fisik, kecerdasan, daya
cipta (kreativitas), emosi dan spiritual. Karenanya, penyelenggaran dari
Pendidikan Anak Usia Dini ini harus disesuaikan dengan tahap perkembangan yang
dilalui oleh anak. Inilah yang menjadi kendala di masa sekarang.
Dulu anak-anak usia dini (0-8 tahun) yang dididik baik secara formal (TK,
RA, dll) informal (kel.bermain,TPA, dll) dan nonformal (pend. Keluarga, pend. Lingkungan
dll) lebih mengarah kepada budi pekerti. Tingkat pelajaran yang diterima anak-anak
memiliki level yang memang pantas diterima anak-anak yang dalam tahap
perkembangan usia 0-8 tahun. Seperti mewarnai, menyanyi sambil menghapal,
membentuk kelompok bermain untuk membangun kerjasama dan juga belajar mengenali
orang lian selain keluarga. Seperti teori diatas, anak-anak usia dini lebih
dominan dalam bermain. Karenanya model pembelajaran dilakuan sambil bermain. Permainan
yang dilakukan anak-anak usia dini dulunya, lebih simple, sederhana dan lebih membangun
nilai-nilai budi pekerti.
Berbeda dengan anak-anak usia dini zaman sekarang. Sedangkan jika
dibandingkan dengan zaman saya TK dulu, sudah berbeda jauh. PAUD masa kini
sudah mempelajari layaknya pelajaran
anak SD kelas 1-2. Anak-anak sudah diajarkan hal-hal yang lebih kompleks seperti
bermain komputer, berhitung yang lebih kompleks (tidak hanya 1-20), belajar
bahasa asing (bahasa Inggris), membuat kreativitas yang lebih kompleks, seperti
meronce, menganyam dan lain sebagainya. Padahal pada zaman dulu, anak-anak usia
dini itu lebih di dominasi untuk bermain. Karena seperti teori diatas, anak-anak
dalam usia dini berada dalam tahap bermain. Dan dalam tahap ini pula anak-anak
menyerap banyak tentang lingkungan sekitarnya. Jadi dengan bermain mereka juga
belajar akan lingkungannya.
Kemajuan
pendidikan anak-anak usia dini zaman kini dikarenakan banyak hal. Yang paling
berperan besar adalah kemajuan zaman atau globalisasi yang menyentuh semua
aspek kehidupan, termasuk pendidikan, sehingga memaksa setiap manusia untuk
mengikutinya. Apabila tidak, maka akan ketinggalan banyak informasi atau sering
disebut ketinggalan zaman. Sehingga, anak-anak dalam tahap perkembangan emas
ini pun sudah diberi stimulus yang lebih banyak lagi. Mungkin karena
perkembangan pengetahuan yg juga maju, anak-anak dalam golden age pun sudah harus dibentuk karakternya walaupun akan
berdampak negatif dalam beberapa aspek kehidupan, seperti budi pekerti, perkembangan
psikososial anak dan pola pikir anak yang tidak lagi “polos”.
Menurut saya, inilah sebabnya PAUD dahulu dan PAUD masa kini itu berbeda.
Saya masih ingat ketika saya TK, saya bermain beramai-ramai dengan kawan satu
group di TK. Permainan mulai dari petak umpet, engklek, memanjat-manjat pohon,
lomba lari dan banyak lagi. Siapa memiliki mainan, saling berbagi juga. Tetapi,
jika saya lihat sekarang, anak-anak tidak lagi berlari-lari sana sini mengejar
temannya, bermain petak umpet, sekarang yang terlihat adalah anak-anak bermain
dengan mainannya sendiri yang lebih canggih, tidak perlu berbagi dengan orang
lain mainannya. J
Mungkin
ini salah satu dampaknya mihihihihi :D