Intrinsic
Motivation
Motivasi Intrinsik yaitu
ketika individu dimotivasi oleh sifat dasar aktifitas tersebut, kepuasan dalam
menguasai sesuatu yang baru, atau konsekuaensi alami dari suatu aktifitas. Misalnya,
seseorang yang membaca buku nonfiksi yang tidak ada hubungannya dengan
pekerjaannya karena seseorang tersebut
merasa senang mempelajari hal baru yang dimotivasi secara intrinsik.
Extrinsic
Motivation
Motivasi Ekstrinsik
merupakan kebalikan dari motivasi intrinsik. Motivasi ini berasal dari laur
diri seseorang yang menimbulkan motivasi orang juga. Motivasi ini melibatkan
insentif eksternal seperti penguatan dan hukuman. Sebagai contoh, seseorang
yang bekerja keras dalam pekerjaannya karena ingin dihargai oleh orang lain.
pertanyaan terpenting menyangkut perbedaan antara motivasi
intrinsik dan ekstrinsik adalah pertanyaan kapan reward ekstrinsik seharusnya diberikan dalam usaha meningkatkan
motivasi? Bukti menunjukkan bahwa jika sebuah tingkah laku jarang terjadi dan
motivasi intrinsik individu rendah, maka adaya motivasi ekstrinsik akan
berhasil dalam meningkatkan frekuensi tingkah laku tersebut. Contohnya, seorang
anak yang benci mengerjakan tugas matematikanya akan lebih rajin mengerjakannya
bila diberi uang. Laura A. King, dalam bukunya mengutip bahwa kebanyakan
psikolog percaya motivasi intrinsik menghasilkan dampak yang positif dibandingkan
motivasi secara ekstrinsik (Blumenfeld, Kempler, & Krajcik, 2006; Brophy;
2004; Ryan & Deci, 2001). Mereka berpendapat bahwa motivasi intrinsik lebih
mungkin menghasilkan perilaku kompeten dan penguasaan. Hal ini dipengaruhi
karena seseorang yang termotivasi secara intrinsik memiliki standar pencapaian
prestasi yang tinggi dan lebih menekankan pada usaha sendiri.
Praise
Pujian akan meningkatkan motivasi intrinsik jika pujian:
1. menyatakan
bahwa anak tersebut sukses karena usahanya sendiri dan bukan karena bakat.
2. sungguh-sungguh
dan tidak menyatakan bahwa orang dewasa sedang mengontrol anak tersebut.
3. tidak
membandingkannya dengan anak lain
4. menyatakan
bahwa orang dewasa memiliki standard terhadap perilaku anak dan anak percaya
bahwa dirinya bisa mencapainya dengan usaha.
Maslow’s Hierarchy of Motives
Maslow’s
Hierarchy of Motives yaitu konsep dimana
kebutuhan pada tingkat yang lebih dasar harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum
motif pada tingkat yang lebih tinggi menjadi aktif.
Ada
5 motif kebutuhan menurut Maslow:
- Kebutuhan biologis. Kebutuhan ini
dinamakan juga sebagai kebutuhan dasar. Kebutuhan ini bisa mencakup
kebutuhan akan udara, makanan, minuman, dan lain-lain.
- Kebutuhan akan rasa aman.
Kebutuhan ini berhubungan dengan adanya jaminan keamanan, bebas dari rasa
takut dan cemas, perlindungan, dan lain-lain.
- Kebutuhan
untuk dicintai dan dimiliki. Dimanifestasikan melalui: hubungan dengan
kelompok sosial besar (klub, budaya perusahaan, kelompok religius, organisasi
profesi, kelompok olahraga, geng) atau kelompok sosial kecil (anggota
keluarga, intimate partners, mentors, sahabat).
- Kebutuhan
akan penghargaan diri. Ada 2 jenis kebutuhan akan harga diri. Yang pertama
yaitu kebutuhan akan kekuatan, penguasaan, kompetensi, percaya diri, dan
kemandirian. Yang kedua yaitu kebutuhan akan penghargaan dari orang lain,
status, ketenaran, dominansi, kebanggaan, dan apresiasi dari orang lain.
- Kebutuhan akan aktualisasi diri.
Ini merupakan tahap tertinggi dari hirarki kebutuhan oleh Maslow. Untuk
mencapai tahap ini, semua kebutuhan mulai dari yang dasar harus terpenuhi.
Fear of
Failure
Seseorang termotivasi tidak
hanya karena kebutuhan akan penghargaan atas usahanya dari lingkungan
eksternalnya, ketakutan akan melakukan kesalahan juga bisa membuat seseorang
lebih termotivasi. Atkinson (1964) yakin bahwa untuk memahami mengapa seseorang
sukses atau gagal dalam mencapai tujuannya, kita harus mengkaji tidak hanya
pada kebutuhan akan penghargaannya saja tetapi juga ketakutan akan kegagalan
perlu. Misalnya, seorang mahasiswa termotivasi belajar hanya untuk menghindari
gagal dalam ujian atau setidaknya lulus walaupun nilai standar.
Atkinson mengatakan bahwa
individu yang termotivasi oleh karena ketakutan akan gagal tidak akan bekerja
dengan baik, tidak bekerja keras atau mencapai tujuan yang tinggi seperti
individu yang termotivasi karena ingin mendapatkan penghargaan. Solusi untuk
seseorang yang memiliki latar belakang motivasi yang seperti ini adalah dengan Self-handicapping.
Self-handicapping
mengacu pada melakukan hal-hal yang berkontribusi terhadap kegagalan dan
kemudian menggunakan hal ini, secara sadar atau sengaja, sebagai alasan untuk gagal
untuk mencapai tujuan tertentu. Misalnya, seorang murid SMA seharusnya mempersipakan diri untuk
test masuk perguruan tinggi negeri, malah bermain-main ketika bimbel. Tiba
saatnya test dilaksanakan, murid tersebut tidak bisa mengerjakannya dan gagal
dalam test tersebut. Dia beralasan bahwa kegagalannya itu karena dia tidak
belajar. Ini merupakan salah satu contoh self-handicapping. Peniliti menemukan bahwa individu dengan penghargaan diri (self-esteem) yang rendah rentan untuk
mengikutsertakan self-handicapping karena itulah satu-satunya cara untuk terlihat baik di depan
orang dan dengan demikian mereka menjaga low
self-esteem mereka. Salah satu contoh bagaimana efek fear of failure terhadap
motivasi terlihat pada individu yang kurang berprestasi.
0 komentar:
Posting Komentar